Beranda | Artikel
Sedekah Yang Paling Utama
1 hari lalu

Sedekah Yang Paling Utama adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Shahih Jami’ Ash-Shaghir. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Dr. Emha Hasan Ayatullah pada Kamis, 21 Muharram 1447 H / 17 Juli 2025 M.

Kajian Islam Tentang Sedekah Yang Paling Utama

Maka disebutkan dalam Al-Qur’an, orang yang terpuji dan dikenal sebagai ‘ibadurrahman adalah mereka yang bersikap proporsional ketika menyumbang atau bersedekah di jalan Allah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَالَّذِيْنَ اِذَآ اَنْفَقُوْا لَمْ يُسْرِفُوْا وَلَمْ يَقْتُرُوْا وَكَانَ بَيْنَ ذٰلِكَ قَوَامًا ۝٦٧

“Mereka yang apabila berinfaq (menggunakan harta di jalan yang benar). Mereka tidak berlebih-lebihan, tapi tidak juga terlalu menahan (terlalu pelit) akan tapi mereka diantara keduanya.” (QS. Al-Furqan [25]: 67)

Inilah yang mahal, dan inilah sedekah yang paling istimewa. Pernah suatu ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ditanya oleh para sahabat, “Sedekah apa yang paling afdal?” Dan seseorang salah ketika mendahulukan orang lain dalam nafkah, sementara orang yang menjadi tanggung jawabnya sendiri justru dilupakan. Padahal merekalah yang lebih wajib untuk diasuh dan ditanggung.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ

“Mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu.” (HR. Ath Thabrani)

Ketika seseorang akan bersedekah, yang pertama harus diperhatikan adalah keluarganya. Jika hal ini diabaikan, maka justru bisa berubah menjadi dosa. Seseorang boleh saja berderma, berbuat baik kepada tetangga, rekan kerja, atau siapa pun yang ditemui di jalan, baik karena ingin memanfaatkan keutamaan bulan haram, sedang berpuasa, atau karena ada proyek sosial tertentu. Silakan. Namun, ketika seseorang lebih memprioritaskan yang jauh dibanding yang dekat, inilah yang disalahkan.

Di dalam hadits kedua, dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

 ابْدَأْ بِنَفْسِكَ فَتَصَدَّقْ عَلَيْهَا فَإِنْ فَضَلَ شَيْءٌ فَلِأَهْلِكَ فَإِنْ فَضَلَ شَيْءٌ عَنْ أَهْلِكَ فَلِذِي قَرَابَتِكَ فَإِنْ فَضَلَ عَنْ ذِي قَرَابَتِكَ شَيْءٌ فَهَكَذَا وَهَكَذَا

“Mulailah dari dirimu sendiri, bersedekahlah padanya. Jika masih ada kelebihan, maka untuk keluargamu. Jika masih tersisa dari keluargamu, maka untuk kerabatmu. Jika masih tersisa dari kerabatmu, maka seperti ini dan seperti ini (kepada yang lainnya).” (HR. Muslim)

Artinya, jika seseorang memiliki harta, maka yang pertama berhak memanfaatkannya adalah dirinya sendiri. Namun, dalam urutannya, yang paling utama adalah orang yang paling dekat dan menjadi tanggung jawabnya.

Subhanallah, terkadang seseorang bersedekah kepada orang lain dan menyangka bahwa itulah bentuk kebaikan, sementara ketika memberi nafkah kepada keluarganya sendiri, ia tidak ihtisab (tidak berharap pahala dari Allah), dan justru menganggapnya sebagai beban karena merasa itu sebagai kepala rumah tangga. Padahal, anggapan seperti itu keliru. Memberi nafkah kepada keluarga adalah bentuk ibadah yang istimewa dan mulia. Dalam hadits shahih, Nabi  Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

“Dinar (uang) yang engkau belanjakan di jalan Allah, dinar yang engkau sedekahkan kepada orang miskin, dan dinar yang engkau belanjakan untuk memerdekakan budak, dan dinar yang engkau belanjakan untuk keluargamu, yang paling utama adalah yang engkau belanjakan untuk keluargamu.” (HR. Muslim)

Artinya, jika seseorang sudah berpikir untuk bersedekah secara umum, maka apakah sudah selesai sedekah yang wajib itu sudah ditunaikan?

Nabi  Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga menyatakan bahwa ketika seorang ayah memberikan nafkah kepada anak dan istrinya, lalu berusaha meninggalkan harta agar mereka tidak meminta-minta kepada orang lain, maka itu lebih utama. Itu lebih afdhal. Hal ini disebutkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim.

Oleh karena itu, kita perlu memahami bahwa tugas seorang kepala rumah tangga dalam memberikan nafkah, memberikan uang belanja, apalagi jika berupa pemberian tambahan, tentu ini memiliki nilai pahala. Hal ini bisa menjadi bentuk sedekah yang paling afdhal, karena diberikan kepada orang yang paling dekat. Jadi dalam hadits ini terdapat perintah dari Nabi  Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang menjadi pesan sekaligus sunnah. Ketika seseorang akan bersedekah, ia diperintahkan untuk memperhatikan orang yang paling dekat, dan memulainya dari yang paling prioritas.

Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian

Mari turut membagikan link download kajian “Sedekah Yang Paling Utama” yang penuh manfaat ini ke jejaring sosial Facebook, Twitter atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pembuka pintu kebaikan bagi kita semua. Jazakumullahu Khairan.

Telegram: t.me/rodjaofficial
Facebook: facebook.com/radiorodja
Twitter: twitter.com/radiorodja
Instagram: instagram.com/radiorodja
Website: www.radiorodja.com

Dapatkan informasi dari Rodja TV, melalui :

Facebook: facebook.com/rodjatvofficial
Twitter: twitter.com/rodjatv
Instagram: instagram.com/rodjatv
Website: www.rodja.tv


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/55337-sedekah-yang-paling-utama/